Ilmu Bermanfaat, Bagaimanakah?

 Oleh: ROISUL ALIM

Alumni Pondok YTP Tahun 2016;
Mahasiswa Program Pascasarjana
Universitas Al Azhar Kairo

Ada salah paham tentang ilmu yang bermanfaat. Kebanyakan orang memandang ilmu bermanfaat berkaitan dengan kemampuan seorang mengajarkan ilmu kepada orang lain. 

Karena itu, indikator sederhana ilmu bermanfaat terletak dalam profesi, seperti kyai, ustadz, da’i, dan lain-lain. Setali tiga uang, bila seorang santri yang sudah boyong dari pesantren, namun berkutat dengan dunia selain belajar mengajar, dianggap ilmunya tidak bermanfaat.   
Ilmu bermanfaat tidak seperti anggapan di atas. Bila ditelisik mendalam, ilmu bermanfaat tertalian dengan dua hal, yaitu manfaat bagi diri sendiri dan manfaat bagi orang lain. 

Karena itu, ilmu bermanfaat tidak sekadar ilmu yang manfaatnya bisa dirasakan oleh orang lain, melainkan ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang manfaatnya bisa dirasakan oleh diri sendiri. Manfaat bagi diri sendiri inilah yang lebih penting dari pada manfaat bagi orang lain. 

Bila dideskripsikan lebih jauh, ilmu bermanfaat itu mendorong seorang untuk melaksanakan ilmu tersebut. Ilmu shalat lima waktu itu wajib misalnya, akan termasuk ilmu bermanfaat bila itu mengajak untuk tidak meninggalkan shalat serta menunaikannya sesuai syarat dan rukunnya. 

Demikian pula, ilmu bahwa berbuat baik kepada orang itu wajib. Bila ada seorang yang berbuat baik kepada orangtua maka ilmunya dikategorikan ilmu bermanfaat.  
Nabi Muhammad pernah mengajarkan kepada umat sebuah doa memohon ilmu bermafaat.
اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا ناَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ
"Ya Allah, kami minta kepada-Mu ilmu bermanfaat, rezeki yang luas, dan sembuh dari segala macam penyakit."

Betapa banyak ilmu yang dimiliki manusia tidak bermanfaat. Setiap Muslim pasti punya ilmu bahwa judi terlarang. Tapi, dalam realitasnya, judi baik yang online (judol) maupun yang tidak online justru tumbuh subur di Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. 

Ini belum termasuk ilmu yang berkaitan akhlak tercela, seperti iri, dengki, dan sombong. Setiap Muslim pasti mengetahui hal itu, tetapi masih ada saja yang berakhlak tercela. Dengan demikian, orang berakhlak tercela sekalipun mempunyai ilmu tentang itu, ilmunya tidak bermanfaat sama sekali. 

Ilmu yang mendorong seorang melakukan kebaikan dan mencegah seorang melakukan maksiat merupakan esensi ilmu bermanfaat. Inilah yang dimaksud ilmu bermanfaat yang manfaatnya tidak hanya hanya bagi orang lain, tapi justru bagi diri sendiri.


#MC_YTP_2024