Puisi di Hari Guru

SENANDUNG UNTUKMU, GURU

Buah Pena:
SITORESMI CAHYANING RATRI DAMAR PUTRI
(Kelas XI-2)


Pernah bertanya
Dari mana hijaiyah itu merangsek dari bibirmu?
Bagaimana alphabet itu terukir dari tanganmu?
Sopan, santun, adab, akhlak, juga hormat
Menjadi tuntutan angka dan nomor
Pintar, pandai, cerdas, jenius, brilian,
Hingga otakku bocor-bocor.
 
Pernah bertanya
Berapa kali pahlawanku tidur kemalaman?
Semaput dikubur pelajaran?
Pernah bertanya
Kapan pahlawanku terpekur kesorean,
Setelah sepanjang siang begadang di keramaian
 
Pernah bertanya tidak kau?
Seberapa penuh kasih guruku, yang penuh kemulyaan ilmu
Mendidikmu hingga kau terantuk-antuk
Mengajarmu hingga kau berbinar-binar
Menggugumu hingga kau tergugu-gugu
 
Bertanya-tanyalah,
Entah pada ilalang yang bergoyang
Atau belukar yang bernyanyi sebuah elegi
Atau kepada diri yang telah lama hilang norma
Bertanya-tanyalah
Di mana gudang ilmu?
Di mana peta?
Di mana kompas?
Di mana pecut mencambuk punggung?
Rotan menyambar pinggang?
Namun dibaluri kasih sayang
 
Di mana meja menggendong buku
Dan kursi memapah langkah
Di mana aku bertanya-tanya?
Di mana arah dunia?
 
Dalam renungku, aku dapatkan jawabnya
Dia pahlawanku, menunggu di muka
Menjinjing tabah, menjunjung amanah
Menggandeng nasehat, menggendong taubat
Memikul buku, memikul ilmu, memikul cerita dunia.
 
Dalam lamunanku, aku merasa berdosa
Dia Pahlawanku, ada di muka
Sementara aku, terpekur di atas meja
Tergelak bersama syaiton yang tercela
Tak acuh pada sederet bilangan aritmatika
Haha hihi macam tak punya dosa.
 
Dasar Manusia
Padahal Pahlawanku telah di muka
Membawa lara, membawa patah hati
Dianggap tiada, dianggap mati
Upah mini tidak ada yang peduli
Sementara ilmu, merangkak di jemarinya
Nasehat, dimuntahkan dari bibirnya
Belajar, tak lagi mati dan sekarat.
 
Pahlawanku,
Bukan lagi jasa yang kau pasrahkan
Tapi cinta, kasih, dan sayang
Bukan sekedar formalitas kelas atas
Tapi kau juga emban tanggung jawab
Bukan hanya atas nama guru
Tapi juga orang tua, teman, sahabat, mentor
Dan pejuang di tanah yang sama.
 
Pahlawanku,
Boleh aku panggil dirimu guru?
Yang digugu...
Yang ditiru...