Imajinasi Generasi Hebat Mendikdasmen
![]() |
Mendikdasmen Prof. Abdul Mu'ti, M.Ed., dalam acara Haflah Akhirussanah Pondok YTP Kertosono. |
PONPES YTP - Haflah akhirussanah yang dihelat sabtu, 21 Juni 2025 di Ma'had Ar-Roudlotul Ilmiyah (Pondok YTP) Kertosono-Nganjuk bukan sekadar haflah (perayaan) rasa syukur di akhir tahun, melainkan momen pencerahan (tanwir) yang disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti, M.Ed., Berikut pencerahan Mendikdasmen yang ditulis ulang oleh Ust. Syahiduz Zaman, Lc.
Allah SWT memberi tuntunan kepada semua manusia agar menjadi generasi yang kuat. Ini termaktub dalam Q.S. An-Nisa' (9).
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ٩
"Hendaknya takut orang- orang yang mereka itu akan meninggalkan keturunan yang lemah dan karena itu maka hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dan hendaknya senantiasa berkata yang benar".
Kalau menggunakan pendekatan ushul fikih, larangan meninggalkan keturunan yang lemah mempunyai mafhum mukhalafah, yaitu kewajiban meninggalkan keturunan yang kuat. Hal ini merupakan prinsip atau suatu kewajiban agar memberikan perhatian serius dan sungguh-sungguh dalam membangun generasi yang berkualitas. Masa depan harus lebih baik dari masa kini dan masa lalu.
Dalam Q.S. Ad-Duha (4), Allah berfirman
وللآخرة خير لك من الأولى
"Dan sungguh, yang kemudian atau terakhir itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan."
Sebagian besar ahli tafsir menandaskan bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik dari pada kehidupan di dunia. Tapi, jika dikaitkan dengan poin pesan meninggalkan generasi hebat-kuat, maka ayat tersebut memberikan imperatif bahwa kehidupan di masa depan itu harus lebih baik dari kehidupan sebelumnya; lebih baik dari masa kini maupun masa lampau.
Kisah Nabi Musa menyiratkan hal itu. Ketika bekerja kepada Nabi Syuaib, Nabi Musa dikenal sebagai pekerja yang rajin, trampil, dan berani. Karena itu, salah seorang anak perempuan Nabi Syuaib menyampaikan kepada ayahnya agar mengangkat pekerja القوي الأمين, yaitu kuat dan dapat dipercaya agar kehidupan di masa depan lebih cerah.
Setali tiga uang, kisah pengangkatan Thalut sebagai pemimpin Bani Israil. Bani Israil merupakan anak cucu keturunan Nabi Yaqub. Bani Israil terkenal suka ngeyel. Ketika tidak ada pemimpin, mereka minta pemimpin. Giliran dikasih pemimpin, masih ngeyel juga. Bahkan dipimpin oleh Nabi Musa pun, mereka ngeyel. Apalagi ketika dipimpin oleh Thalut, pemimpin yang tidak berasal golongan konglomerat dan bukan pula dari keluarga ningrat.
Atas dasar itu, pertanyaan menyeruak di Bani Israil, mengapa Thalut terpilih sebagai pemimpin? Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an, Allah menjawab bahwa Thalut terpilih sebagai pemimpin karena basthatan fil ‘ilm wal jism. Dalam tafsir dijelaskan basthatan fil ‘ilm berkaitan dengan orang yang punya wawasan luas, alim, dan knowledge person. Sedangkan, basthatan fil ‘jism bermakna orang yang kuat secara fisik, tidak lemah dan sakit-sakitan. Kisah Thalut mengajarkan bahwa pemimpin mensyaratkan wawasan luas dan fisik kuat.
![]() |
Pengasuh Ma'had bersama Mendikdasmen |
Dalam konteks pendidikan, pemimpin bangsa, orang tua, dan pendidik mempunyai tugas melahirkan dan mendidik generasi hebat. Beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits mengisyaratkan empat kekuatan yang merupakan indikator generasi hebat-kuat.
Pertama, Quwwatul aqidah (akidah yang kokoh). Generasi yang tidak kokoh akidah biasanya mlempem dan mudah putus asa. Generasi mlempem dikenal dengan generasi strawberry. Buah strawberry tampak gagah, tapi tidak tahan lama. Strawberry yang terpapar panas matahari sebentar saja akan jadi mblenyek. Generasi strawberry menjadi tantangan bagi siapa pun. Fenomena generasi strawberry terjadi karena kehidupan yang serba mudah sehingga cenderung instan.
Di sisi lain, generasi Z ternyata tidak semakin dekat dengan agama. Fenomena ini dikonfirmasi sebuah buku yang menelisik ateisme di kalangan generasi Muslim. Kecenderungan ateisme dan agnotisisme ternyata meningkat di kalangan generasi Muslim. Ateisme adalah ketidakpercayaan kepada agama dan tuhan. Sedangkan Agnotisisme adalah percaya kepada tuhan, mengakui adanya tuhan, mengakui pentingnya agama. Tapi tidak memeluk agama tertentu. Bagi penganut agnotisisme, semua agama itu baik dan sama.
Sebuah lembaga survey di Amerika memetakan tren agama-agama di dunia. Kristen, termasuk juga Katolik, menempati nomor pertama. Islam berada di tempat kedua. Sedangkan di posisi ketiga didiami penganut ateisme dan agnotisisme. Selisih memang jauh di bawah Kristen dan Islam, tapi ateisme dan agnotisisime telah merangkak di posisi ketiga.
Survey yang diadakan tahun 2015 tersebut memproyeksikan tren keagamaan dan kependudukan di masa depan. Menurut survey, negara dengan penduduk Muslim terbanyak tahun 2050 adalah India. Indonesia yang sekarang menjadi negara dengan penduduk Mulism terbanyak di dunia akan digeser menjadi nomor dua. India telah menjadi negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Dulu negara dengan jumlah penduduk terbanyak adalah China, India, Amerika, dan Indonesia. Namun, sekarang India berada di tingkat pertama, kemudian China, Amerika, dan Indonesia.
Penanaman akidah yang kokoh tidak mungkin diabaikan dalam rangka memunculkan generasi kuat, tahan uji, dan tidak mudah menyerah kepada keadaan. Sebab, iman menumbuhkan optimisme, percaya diri sekaligus memberikan keyakinan bahwa siapa pun bisa meraih cita-citanya. Iman meniscayakan pula kedudukan manusia yang egaliter dan setara.
Kedua, Quwwatuts tsaqafah (peradaban kuat) yang dibangun di atas fondasi ilmu, hati, dan akhlak. Tiga hal tersebut merupakan pilar peradaban yang tidak terpisahkan. Ilmu menjadi kunci utama dalam menyelesaikan sesuatu. Pembangunan gedung Burj Khalifah misalnya membutuhkan ilmu agar gendung kokoh, estetik, dan lain-lain. Hati dibutuhkan agar kehidupan diselimuti dengan empati dan simpati kepada yang lain. Di samping itu, hati membiakkan etika dan estetika.
Dengan teknologi canggih, manusia bisa berbicara dengan orang lain yang sedang di tempat jauh sekalipun. Ini bermula dari imajinasi hati lalu wujudkan melalui ilmu dan dipandu dengan akhlak. Teknologi yang tidak dipandu dengan akhlak hanya akan membawa kerusakan dan kehancuran yang luar biasa.
Ketiga, Quwwatul iqthishad (ekonomi tangguh). Bangsa-bangsa yang ekonominya lemah tidak akan bisa menjadi bangsa yang kuat dan akan dikuasai oleh negara dengan ekonomi maju. Seperti halnya peradaban, kunci ekonomi kuat terletak pada kekuatan ilmu, kekuatan seni, dan kekuatan akhlak. Ekonomi tanpa ilmu akan memberikan kesejahteraan yang semu.
Kekuatan ekonomi itu penting. Bahkan di antara tujuan dari syariat itu adalah hifdzul maal, menjaga kepemilikan harta benda. Allah juga menganjurkan umat Islam untuk berdoa agar fid dunya hasanah wa fil akhirat hasanah. Doa tersebut bila diterjemahkan konsep Inggris, welfare state and well being. Bila diterjemahkan bebas, welfare state and well being berarti negara sejahtera dan rakyat bahagia.
Ada banyak negara yang dikategorikan negara sejahtera, tetapi rakyatnya tidak bahagia. Ada pula negara miskin, tapi rakyatnya bahagia. Nepal misalnya, negara miskin, tapi warganya berusaha menjadi warga yang bahagia. Karena itu, Nepal tidak mengejar GDP (gross domestic product), tapi yang dikejar GNH (gross national happines). Bila menggunakan lagu dangdut, Nepal merupakan contoh yang pas lirik lagu dangdut ‘biar miskin asal bahagia’.
Umat Islam Indonesia, khususnya, seyoganya fid dunya hasanah. Dalam konteks ini, Presiden Prabowo mempunyai program makan bergizi gratis dengan tujuan generasi bertubuh kuat. Fisik kuat dan gizi terpenuhi membawa dampak bagi pembelajaran. Sebaliknya, gizi kurang akan mengakibatkan ngantukan.
Selain fid dunya hasanah, umat Islam juga harus fil akhirati hasanah. Tubuhnya kuat. Spritualitasnya juga tidak lemah. Fid dunya hasanah wa fil akhirat hasanah melahirkan manusia utuh jasmani-rohani dan material-spiritual. Generasi dengan jasmani kuat, mentalitas sehat, spiritualitas tinggi, dan intelektualitas unggul ini yang sedang diupayakan melalui pendidikan.
Keempat, Quwwatul jama'ah (masyarakat yang solid). Bisa diterjemahkan pula dengan masyarakat yang rukun. Sebuah negara yang ekonominya kuat, tapi masyarakatnya tidak rukun akan menjadi malapetaka, dan mengakibatkan negara mengalami kemunduran yang tidak terperikan. Dalam era digital ini, beberapa orang suka menebar kegaduhan (noise) dan kegelisahan di dunia maya. Segala hal diviralkan dengan dibumbui caption gaduh. Hal ini merugikan banyak orang karena viralitas dianggap sebagai kebenaran. Padahal viral belum tentu benar.
Gejala semacam itu seharusnya mendorong munculnya orang-orang yang mempunyai kesalehan digital. Penguasaan teknologi digital memang penting, tetapi saleh dalam menggunakan teknologi digital tidak kalah penting. Orang yang saleh digital bisa membedakan informasi noise (gaduh) dan voice (suara); informasi hoax dan informasi benar. Al-Qur’an menyebut orang yang saleh digital sebagai karakteristik ulul albab.
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ
“Orang-orang yang bila mendengar perkataan, maka akan mengikuti yang terbaik dari perkataan itu.”
Untuk mewujudkan generasi hebat tersebut, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengeluarkan dua kebijakan strategis. Pertama, kebijakan kementerian untuk membangun anak mempunyai kebiasaan yang sehat dengan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat. Yaitu, bangun pagi, ibadah, olahraga, makan makanan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat dan tidur awal. Bila konsisten diterapkan, generasi hebat-kuat akan terwujud.
Tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat tersebut mendapat apresiasi oleh Wakil Jaksa Amerika Serikat dan menteri-menteri pendidikan se-ASEAN. Salah satunya adalah apresiasi dari tokoh pendidikan Singapura yang setuju dengan 7 kebiasaan tersebut dalam rangka membangun pendidikan karakter dan bermutu untuk semua. Tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat ini biasanya telah ada di lingkungan Pesantren.
Kedua, kebijakan menyangkut strategi pembelajaran deep learning (pembelajaran mendalam). Pelajar tidak hanya sekadar menghafal sesuatu, melainkan memahami maksud dan bagaimana penerapannya. Bukan belajar hanya untuk lulus. Karena terkadang, ketika ujiannya berupa pilihan ganda atau pilihan objektif, beberapa siswa akhirnya mengambil inisiatif mencontek. Masalah percontekan itu menjadi masalah yang ditemukan oleh KPK sebagai salah satu masalah pendidikan di Indonesia. Tidak bisa dibayangkan bila tradisi nyontek sudah mapan maka generasi yang terlahir adalah generasi ngutil, nyolong dan semacamnya.
Pembelajaran deep learning (pembelajaran mendalam) bertujuan agar murid bersungguh-sungguh dalam belajar, terlatih berpikir kritis, memiliki nalar yang tergerak dan kemampuan bekerja sama. Sebab, dengan ilmu yang dikuasainya, seorang bisa menjadi apa yang dicita-citakan. Di sisi lain, Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu sebagaimana janji-Nya dalam Q.S. Al-Mujadilah (11).
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ
Semua mata pelajaran harus memiliki minimal dua nilai. Yakni nilai pendidikan dan nilai karakter. Seperti kejujuran, ketekunan, kesungguhan, cinta kasih dan nilai-nilai utama lainnya. Dengan itu semua, generasi Indonesia yang hebat akan terlahir.
Editor: M. Ainun Najib