Belajar Sabar, Yakin, dan 'Iffah
BELAJAR SABAR, YAKIN, DAN 'IFFAH KEPADA UMMU ZUFAR
Atha’ bin Abi Rabah ia berkata, Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.” Ia berkata, "Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui Nabi Muhammad SAW, lalu berkata; Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.” Rasulullah SAW bersabda: "Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku akan berdo’a kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.” Maka ia berkata: ”Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata: ”Sesungguhnya aku (bila kambuh maka tanpa disadari) auratku terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” Maka beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendo’akannya. (HR. Al-Bukhari: 5652).
Dia adalah seorang sahabat bernama
Su’airah Al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan Ummu Zufar radhiyallohu’anha.
Su’airah Al-Asadiyyah berasal dari Habsyah
atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia. Seorang wanita yang berkulit
hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh ketulusan. Ia
adalah perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan
keridhaan terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam semesta
ini.
Kita dapat memetik banyak faedah, pelajaran, serta teladan yang agung dari wanita shalihah ini, di antaranya:
1. Jadilah hamba yang
bersabar
( (a) Sudah seharusnya sabar menjadi sifat bagi seorang
mukmin, karena sabar merupakan buah dari iman sesorang yang benar dan kuat,
tatkala seorang mukmin belum dapat bersabar dalam semua aspek kehidupannya itu
berarti menunjukkan tingkat kualitas keimanannya yang belum standar. Kesabaran
itu tiada batas, tidak sebagaimana ada orang yang berkata ‘kesabaranku telah
habis’, ketika seseorang tidak lagi bersabar, maka bisa jadi dia akan
mengungkit-ungkit atas kebaikan yang dulu pernah ia lakukan. ketika ditimpa
sakit, merasa bahwa dirinya sedang ditimpa kesialan di dunia ini, lalu sampai
keluar dari mulutnya sumpa serapah dan makian "Allah tidak adil.. dst",
atau bahkan mengambil jalan pintas yang berseberangan dengan perintah/larangan Allah dan Rasul-Nya.
(b) Bagi mereka yang bersabar, Allah janjikan:
1)
Di akhirat,
pahala/balasan tak terhingga
قُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ
لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS. Az-Zumar: 10).
2) Di dunia, Dengan kesabaran yang dimiliki,
kita akan mengerti tentang kehidupan yang sebenarnya. Di mana hidup itu tak
selamanya sesuai dengan apa yang diharapkan. Kita akan tetap optimis menjalani
hidup walaupun kegagalan menghampiri kita, mampu fokus pada hal-hal kecil dan
mensyukurinya. Maka di bulan Ramadhan ini, sebenarnya kita sedang dididik oleh
Allah SWT untuk menjadi pribadi yang sabar.
2. Hadits tersebut juga mengandung pelajaran amat berharga terkait pentingnya menjaga aurat dari pandangan orang asing. Lantaran terbuka tanpa sadar, wanita itu tidak mendapatkan dosa atas hal tersebut. Namun didorong oleh semangat menjaga kesucian diri lahir dan bathin, wanita itu tetap berupaya sesuai kemampuan terbaiknya agar aurat tersebut tetap tertutup ketika penyakit ayannya kambuh.
Maka tidakkah kita malu ketika membuka aurat dengan suka rela dalam keseharian ketika wanita penderita ayan yang dijamin masuk surga itu begitu menjaganya?
Mari kita perhatikan sabda Rasulullah SAW:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ
سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ
مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ
الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا
وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia, dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim: 2128).
3. Apa yang
menyebabkan ia mampu bersabar? Ialah yaqin bahwa tidak ada satupun yg terjadi di
alam semesta, kecuali sudah ditakdirkan oleh Allah SWT, orang-orang beriman
dihadapkan dalam kondisi genting maka semakin bertambah iman dan tawakal kepada
Allah ta’ala. Orang-orang beriman yaqin terhadap janji Allah ta’ala, yaitu
sebuah cobaan tentu sepaket dengan pertolongan Allah ta’ala,
أَمۡ
حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُوا۟ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا یَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِینَ خَلَوۡا۟
مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَاۤءُ وَٱلضَّرَّاۤءُ وَزُلۡزِلُوا۟ حَتَّىٰ یَقُولَ
ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَاۤ إِنَّ نَصۡرَ
ٱللَّهِ قَرِیبࣱ
“Ataukah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka
ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan),
sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah
datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214).
Dan untuk mendapatkan tekstur pasir yang bagus, pasir itu akan disaring/digoncang-goncang di atas saringan, seperti itu pula iman kita, untuk mendapatkan kualitas iman yang baik, Allah akan uji kita dengan berbagai macam cobaan. Dan ingatlah bahwa أَلَاۤ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِیبࣱ (Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat), sedekat apa? Semakin pekat malam, semakin dekat pula waktu pagi, semakin berat ujian, semakin dekat pula dengan jalan keluar.