AKAR KEJAHATAN MANUSIA
Oleh: KH. ALI MANSYUR KASTAM
(Pengasuh Ponpes Ar-Roudlotul
Ilmiyah Kertosono Nganjuk Jawa Timur)
![]() |
DR. KH. Ali Al Imroni, Prof. DR. H. Abdul Mu'ti, M.Ed., dan KH. Ali Mansyur Kastam (Dokumentasi Haflah Akhirussanah Tahun Pelajaran 2022/2023) |
Tidak semua makhluk Allah itu baik. Q.S. Al-Falaq: 2 memerintahkan agar manusia berlindung dari kejahatan yang dilakukan oleh makhluk Allah. Makhluk yang berbuat jahat, baik yang tampak maupun tidak tampak, bisa berupa iblis, setan, hewan buas, dan bahkan manusia.
Secara terperinci, makhluk Allah terbagi menjadi tiga. Pertama, makhluk yang selalu berbuat baik dan tidak pernah bermaksiat. Malaikat merupakan representasi makhluk Allah dalam konteks tersebut. Tidak ada malaikat yang korupsi, maling, dan mengajak kepada kejahatan. Mereka diciptakan Allah untuk senantiasa mentaati-Nya dan patuh kepada-Nya.
Kedua, makhluk yang selalu berbuat jahat dan mengajak kepada perbuatan jahat seperti iblis dan setan. “Pengetahuan” Iblis justru digunakan untuk durhaka kepada-Nya. Bahkan setan yang berasal dari akar kata syathana yang berarti jauh dari kebaikan tidak segan mengajak manusia dari segala aspek agar melakukan kejahatan. Karena itu, Al-Qur’an memerintahkan agar manusia berlindung dari setan yang terkutuk tersebut.
Ketiga, makhluk yang kadang kala berbuat baik dan kadang kala berbuat jahat. Makhluk ini disebut pula makhluk “kadang-kadang”. Manusia adalah contoh paripurna dari makhluk “kadang-kadang”. Sebetulnya Allah menciptakan manusia dalam kondisi fitrah yang baik dan suci. Tidak hanya itu, Allah memuliakan pula manusia. Tapi, manusia kadang kala melakukan kejahatan sehingga terjerembab dalam kehinaan.
Lantas, dari mana manusia melakukan kejahatan bila Allah menciptakannya dalam keadaan fitrah? Kejahatan yang dilakukan manusia timbul dari pemenuhan keinginan hina manusia (hawa nafsu) yang bersemayam dalam diri manusia. Nabi Yusuf mengungkapkan sebuah ucapan yang diabadikan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku”. Karena itu, agar berjalan di atas fitrah, manusia harus mengendalikan hawa nafsu yang mendorong kepada kejahatan.
Di samping hawa nafsu, kejahatan yang dilakukan manusia bisa timbul dari luar dirinya, seperti godaan setan dan rayuan gombal manusia dengan menjanjikan kesenangan semu. Berbeda dengan rayuan gombal manusia yang bisa dirasakan, godaan setan yang bersifat immaterial tersebut tidak mudah disadari manusia. Packaging kejahatan beserta godaannya yang lakukan kedua makhluk Allah tersebut dapat membuat manusia kehilangan kesadarannya sehingga terjerumus dalam kejahatan. Dalam konteks tersebut, manusia dituntut untuk meminta perlindungan-Nya agar terhindar kejahatan makhluk-Nya sehingga kemulian manusia tidak terjatuh dalam hina dina. Semoga..
#MCYTP