Kelas Inspirasi

 Santri Tidak Perlu Berkecil Hati


Ada yang berbeda saat kegiatan pembelajaran MA Yayasan Taman Pengetahuan (MA YTP) di hari ahad, 21 Januari 2024. Biasanya santri masuk kelas masing-masing sejak pukul 07.00. Namun di hari itu, santri berbondong-bondong menuju Gedung Baru Lantai III Pondok Pesantren Ar Roudlotul Ilmiyah Kertosono Nganjuk. Mereka menghadiri Kelas Inspirasi dengan tema “Berbagi Inspirasi Lewat Profesi” yang digelar pukul 08.00-11.45 WIB.

Kegiatan yang melibatkan OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah) ini diawali dengan pembukaan yang dibawakan oleh Rafif Jovian (X-1) yang berasal dari Nganjuk. Setelah itu, Kelas Inspirasi yang didesain seperti talk show dipandu oleh Ustadz Mukhammad Anwar Dahlan, Lc.

Tiga alumni MA YTP dengan profesi berbeda dihadirkan. M. Hendri Riau Saputra, S.P., alumni tahun 2012 dan lulusan pertanian Universitas Brawijaya memberikan inspirasi dalam mengelola bisnis, terutama bisnis bunga anggrek. Analis kesehatan dan pendidik di Poltekkes Kemenkes Surabaya, Musholli Himmatun Nabila, S.Tr.Kes., M.Si., alumni tahun 2015, berkisah tentang  menjalani kuliah dan pekerjaan di dunia medis. Sementara itu, M. Syahrie Muharrom, S.Sos, alumni tahun 2015 dan lulusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Surakarta yang bergelut di dunia jurnalistik sebagai wartawan Radar Kudus. Mereka dihadirkan dalam rangka memberikan inspirasi bagi santri MA YTP yang berjumlah 248.

Beragam pertanyaan disampaikan sejak awal hingga akhir Kelas Inspirasi. Ustadz Anwar memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada tiga nara sumber, “Mengapa mengeluti profesi tersebut?”. “Orang memandang alumni pesantren seharusnya jadi ustadz , da’i, dan marbot (penjaga) Masjid”, tambah ustadz  yang memperoleh Lc dari Universitas Al-Azhar Mesir.

Bagi Hendri Riau, belajar di pesantren mendatangkan manfaat yang besar sekalipun tidak bergelut di profesi yang bernuansa agama. “Pelajaran agama dapat dipraktikkan dalam bisnis. Dengan belajar agama, orang yang berprofesi sebagai pebisnis akan paham mana yang halal dan mana yang haram. Agama menjadi benteng,” ujar owner Putra Orchid tersebut.

Musholli mengungkap hal yang serupa. Perempuan yang meraih gelar master dalam bidang Ilmu Kedokteran Dasar di Unair Surabaya menegaskan, “Nyantri dan belajar agama membawa manfaat dalam kehidupan. Tidak ada ilmu, terlebih ilmu agama, yang tidak berguna. Semuanya berguna”. “Banyak fitur-fitur kemudahan yang disediakan Allah bila semua sisi hidup ini diniatkan ibadah,” tambahnya. Tidak hanya itu, hidup di pesantren dengan setiap hari menyantap lauk tahu tempe mengajarkannya kesederhanaan sehingga tidak silau dengan barang-barang branded (ternama/terkenal).

Sebagai jurnalis, M. Syahrie menyadari, agama memerintahkan untuk tabayyun (klarifikasi). Karena itu, sekalipun tidak berprofesi bernuansa agama, seorang jurnalis harus memiliki dasar agama. “Jurnalisme menuntut penerapan dasar-dasar agama,” ujar laki-laki yang aktif di majalah dinding Shoutu Ulin Nuha (SUN) dan di awal nyantri merasa tidak kerasan.   

Di akhir talk show, ketiga nara sumber menyakini bahwa kesuksesan dalam profesi apapun bisa diperoleh dengan melibatkan ridho orang tua, Ustadz/ustadzah, komitmen serta tanggung jawab.


#MCYTP